Nama saya Vovi Yustia. Saya lulusan SD N 22 Muara Enim pada Tahun 2010 dan sekarang saya duduk di kelas IX SMP Negeri 5 Muara Enim. Saya lahir di Desa Muara Lawai pada tanggal 18 Maret 1998. Saya mempunyai 3 saudara, 2 saudara laki-laki yaitu Efran dan Hendi, dan 1 saudara perempuan yaitu Fitriani. Ibu saya bernama Surwana dan Ayah saya bernama Syahrul Effendi. Cita-cita saya ingin menjadi bidan. Hobby saya adalah membaca komik dan bermain badminton. Saat saya SD, saya pernah mengikuti lomba lari karung, dan saya mendapat juara 3. Semenjak saya sekolah di SMP Negari 5 Muara Enim, saya banyak mendapat pengalaman, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Inilah daftar riwayat singkat hidupku. Terima kasih :)
RIWAYAT HIDUP
1:25 AM |
Read User's Comments(0)
PEMANASAN GLOBAL
10:35 PM |
Pemanasan global
Pemanasan
global adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C
(1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar
peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan
besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh
projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga
6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100. Perbedaan
angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai
emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas
iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode
hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus
berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca
telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.
Meningkatnya suhu global diperkirakan akan
menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut,
meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan
pola presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser,
dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para
ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa
depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut
akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih
terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan
yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut
atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian
besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi
Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Fenomena pemanasan global dapat dirasakan
dalam 10 kejadian berikut ini.
1. Kebakaran
hutan besar-besaran
Bukan
hanya di Indonesia, sejumlah hutan di Amerika Serikat juga ikut terbakar ludes.
Dalam beberapa dekade ini, kebakaran hutan meluluhlantakan lebih banyak area
dalam tempo yang lebih lama juga. Ilmuwan mengaitkan kebakaran yang merajalela
ini dengan temperatur yang kian panas dan salju yang meleleh lebih cepat. Musim
semi datang lebih awal sehingga salju meleleh lebih awal juga. Area hutan lebih
kering dari biasanya dan lebih mudah terbakar.
2. Situs
purbakala cepat rusak
Akibat
alam yang tak bersahabat, sejumlah kuil, situs bersejarah, candi dan artefak
lain lebih cepat rusak dibandingkan beberapa waktu silam. banjir, suhu yang
ekstrim dan pasang laut menyebabkan itu semua. Situs bersejarah berusia 600
tahun di Thailand, Sukhotai, sudah rusak akibat banjir besar belum lama ini.
3. Ketinggian
gunung berkurang
Tanpa
disadari banyak orang, pegunungan Alpen mengalami penyusutan ketinggian. Ini
diakibatkan melelehnya es di puncaknya. Selama ratusan tahun, bobot lapisan es
telah mendorong permukaan bumi akibat tekanannya. Saat lapisan es meleleh, bobot ini terangkat dan
permukaan perlahan terangkat kembali.
4. Satelit bergerak lebih cepat
Emisi
karbon dioksida membuat planet lebih cepat panas, bahkan berimbas ke ruang
angkasa. Udara di bagian terluat atmosfer sangat tipis, tapi dengan jumah
karbondioksida yang bertambah, maka molekul di atmosfer bagian atas menyatu
lebih lambat dan cenderung memancarkan energi, dan mendinginkan udara
sekitarnya. Makin banyak karbondioksida di atas sana, maka atmosfer menciptakan
lebih banyak dorongan, dan satelit bergerak lebih cepat.
5. Hanya yang Terkuat yang Bertahan
Akibat
musim yang kian tak menentu, maka hanya mahluk hidup yang kuatlah yang bisa
bertahan hidup. Misalnya, tanaman berbunga lebih cepat tahun ini, maka migrasi
sejumlah hewan lebih cepat terjadi. Mereka yang bergerak lambat akan kehilangan
makanan, sementar mereka yang lebih tangkas, bisa bertahan hidup. Hal serupa
berlaku bagi semua mahluk hidup termasuk manusia.
6. Pelelehan Besar-besaran
Bukan
hanya temperatur planet yang memicu pelelehan gununges, tapi juga semua lapisan
tanah yang selama ini membeku. Pelelehan ini memicu dasar tanah mengkerut tak
menentu sehingga menimbulkan lubang-lubang dan merusak struktur seperti jalur
kereta api, jalan raya, dan rumah-rumah. Imbas dari ketidakstabilan ini pada
dataran tinggi seperti pegunungan bahkan bisa menyebabkan keruntuhan batuan.
7. Keganjilan di Daerah Kutub
Hilangnya
125 danau di Kutub Utara beberapa dekade silam memunculkan ide bahwa pemanasan
global terjadi lebih “heboh” di daerah kutub. Riset di sekitar sumber airyang
hilang tersebut memperlihatkan kemungkinan mencairnya bagian beku dasar bumi.
8. Mekarnya Tumbuhan di Kutub Utara
Saat
pelelehan Kutub Utara memicu problem pada tanaman danhewan di dataran yang
lebih rendah, tercipta pula situasi yang sama dengan saatmatahari terbenam pada
biota Kutub Utara. Tanaman di situ yang dulu terperangkap dalam es kini tidak
lagi dan mulai tumbuh. Ilmuwan menemukan terjadinya peningkatan pembentukan
fotosintesis di sejumlah tanah sekitar dibanding dengan tanah di era purba.
9. Habitat Makhluk Hidup Pindah ke Dataran Lebih
Tinggi
Sejak
awal dekade 1900-an, manusia harus mendaki lebihtinggi demi menemukan tupai,
berang-berang atau tikus hutan. Ilmuwan menemukan bahwa hewan-hewan ini telah
pindah ke dataran lebih tinggi akibat pemanasan global. Perpindahan habitat ini
mengancam habitat beruang kutub juga, sebab es tempat dimana mereka tinggal
juga mencair.
10. Peningkatan Kasus Alergi
Sering
mengalami serangan bersin-bersin dan gatal di matasaat musim semi, maka
salahkanlah pemanasan global. Beberapa dekade terakhir kasus alergi dan asma di
kalangan orang Amerika alami peningkatan. Pola hidupdan polusi dianggap
pemicunya. Studi para ilmuwan memperlihatkan bahwa tingginya level
karbondioksida dan temperatur belakangan inilah pemicunya. Kondisi tersebut
juga membuat tanaman mekar lebih awal dan memproduksi lebih banyak serbuk sari.
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
Para ilmuan
menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para
ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global
terhadap cuaca,
tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan
kesehatan manusia.
Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan
memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan
Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah
lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan
mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.
Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan
mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi
salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan
lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari
akan cenderung untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab
karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para
ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan
atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap
air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi
pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan
yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa
luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan
curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit
pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam
seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain
itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan
menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan
mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang
memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan
dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan
permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan
menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di
kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC
memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat
mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan
menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak
pulau-pulau. Erosi
dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir
akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan
menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya,
sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari
daerah pantai.Bahkan
sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan
50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika
Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan
daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar
dari Florida Everglades.
Suhu Global Cenderung Meningkat
Orang
mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat
keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di
lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air
irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair
sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami
serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Gangguan Ekologis
Hewan
dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan
ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat
lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau
selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan
mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
Dampak Kesehatan
Pemanasan global merupakan hal yang tidak terbantahkan lagi dan dapat menimbulkan
dampak yang sangat mengerikan pada KESEHATAN:
1. Pemanasan
global tak hanya berdampak serius pada lingkungan manusia di bumi namun juga
terhadap kesehatan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam pertemuan tahunan di
Genewa mengatakan bahwa berbagai penyakit infeksi yang timbul diidentifikasi
terkait dengan perubahan lingkungan hidup yang drastis. Kerusakan hutan,
perluasan kota, pembukaan lahan untuk pertanian, pertambangan, serta kerusakan
ekosistem di kawasan pesisir memicu munculnya patogen lama maupun baru.
Berbagai penyakit yang ditimbulkan parasit juga meningkat terutama di wilayah
yang sering mengalami kekeringan dan banjir.
a. Malnutrisi mengakibatkan kematian
3,7 juta jiwa per tahun, diare mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa, dan
malaria mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa.
b. Suhu yang lebih panas juga
berpengaruh pada produksi makanan, ketersediaan air dan penyebaran vektor
penyakit. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa pemanasan global (global warming)
akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Perubahan
temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan berbagai
macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas. WHO mengatakan, selain
virus dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung pemanasan global juga dapat
menimbulkan kekeringan maupun banjir.
c. Kekeringan mengakibatkan
penurunan status gizi masyarakat karena panen yang terganggu, Banjir
menyebabkan meluasnya penyakit diare serta Leptospirosis.
d. Kebakaran
hutan, dapat mengusik ekosistem bumi, menghasilkan gas-gas rumah kaca yang
menimbulkan pemanasan
global. Sedangkan asap hitamnya menganggu secara langsung kehidupan manusia,
Asap yang mengandung debu halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan
gangguan pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma,
bronkhitis hingga penyakit paru obstruktif kronis (COPD). Asap tersebut juga
membawa racun dioksin yang bisa menimbulkan kanker paru dan gangguan kehamilan
serta kemandulan pada wanita.
e. Pada suhu panas manusia rentan
sakit ISPA, meningkatnya penyakit menular (Malaria, DBD, Chikungunya, Penyakit
yang ditularkan melalui udara dan air), Terjadinya konflik psikologi (stress),
penyakit lama timbul kembali, seperti Penyakit Malaria, Penyakit degeneratif, Penyakit
jantung, Penyakit paru-paru.
f. Dampak pemanasan global juga
mempengaruhi penipisan ozone antara lain meningkatnya intensitas sinar ultra
violet yang mencapai permukaan bumi menyebabkan gangguan terhadap kesehatan,
seperti kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan mutasi
genetik., memperburuk penyakit-penyakit umum Asma dan alergi Meningkatkan
kasus-kasus kardiovaskular, kematian yang disebabkan penyakit jantung dan
stroke serta gangguan jantung dan pembuluh darah
2. Pemanasan
global juga menyebabkan musim penyerbukan berlangsung lebih lama sehingga
meningkatkan resiko munculnya penyakit yang ditimbulkan oleh kutu di wilayah Eropa
Utara. Peyakit lain yang teridentifikasi adalah lyme, yang disebabkan oleh
semacam bakteri di Amerika Utara, Eropa, dan Asia. Gejalanya berupa sakit
kepala, kejang, dan nyeri sendi. Penyakit itu berpindah melalui gigitan sejenis
kutu rusa yang yang telah terinfeksi lyme. Bakteri yang sama juga benyek ditemukan
pada tikus. Dampak lain yang terasa adalah nyamuk-nyamuk semakin berkembang
biak erutama di Afrika dan Asia. Dua penyakit serius akibat gigitan nyamuk,
yaitu malaria dan demam berdarah dengue, sangat sensitif terhadap perubahan
iklim. Di Indonesia kita sudah merasakannya langsung, yakni tingginya angka
korban yang menderita demam berdarah.
Pemanasan global mengakibatkan siklus perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur
menjadi larva dan nyamuk dewasa akan dipersingkat, sehingga jumlah populasi
akan cepat sekali naik. Tentang keterkaitan pemanasan global dengan peningkatan vektor demam
berdarah ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Udara panas dan lembab itu
paling cocok buat nyamuk malaria (Anopheles), dan nyamuk demam berdarah (Aedes
aegypti). Dulu, jenis kedua nyamuk penebar maut ini lebih sering muncul di
musim pancaroba, transisi antara musim hujan dan kemarau. Kini rentang waktu serangan kedua serangga itu hampir di sepanjang tahun.
Udara panas dan lembab berlangsung sepanjang tahun, ditambah dengan sanitasi
buruk yang selalu menyediakan genangan air bening untuk mereka bertelur. Maka,
kini virus malaria yang dibawa Anopheles dan virus dengue yang dibawa nyamuk
Aedes aegypti dapat menyerang sewaktu-waktu secara ganas.
b. Akibat pemanasan global, siklus
inkubasi ekstrinsik virus penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) di tubuh nyamuk
Aedes aegyti dan siklus inkubasi ekstrinsik virus penyebab Malaria di tubuh
nyamuk Anopheles menjadi lebih pendek dan Masa inkubasi kuman lebih singkat. Populasi mereka lebih mudah meledak.
Akibatnya, kasus demam berdarah lebih
mudah meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, upaya
pencegahan penyakit harus dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya menangani
penyakitnya saja, tetapi "Faktor lingkungan fisik dan biologis harus pula
dikendalikan dengan cara memodifikasi lingkungan agar vektor malaria dan demam
berdarah tak bisa berkembang biak,“
3. WHO juga menyebutkan ancaman
lain dari meningkatnya suhu rata-rata global, yakni penyakit yang menyerang
saluran pernapasan. "Gelombang panas menyebabkan jumlah materi dan debu di
udara meningkat," kata Bettina Menne, anggota WHO divisi Eropa. Suhu udara
yang semakin hangat juga membawa penyakit alergi. Kenaikan permukaan air laut
akan mengakibatkan banjir dan erosi, terutama di kawasan pesisir, dan mencemari
sumber-sumber air bersih. Akibatnya adalah wabah kolera dan malaria di negara
miskin. Wilayah di Asia selatan, terutama Bangladesh, disebut sebagai wilayah
yang paling rawan karena berada di dataran rendah dan sering mengalami banjir.
Mencairnya puncak es Himalaya, luasnya daerah
gurun pasir dan wilayah pesisir pantai yang tercemar merupakan sarana penularan
penyakit, hal ini juga menyebabkan angka kekurangan gizi pada anak-anak.
4. Ada 35 jenis penyakit infeksi
baru yang timbul akibat perubahan iklim, diantaranya ebola, flu burung, dll
penyakit hewan yang dapat menular kepada manusia. Penyakit yang paling rentan terjadi di Indonesia,
menurut adalah penyakit degeneratif dan penyakit menular. Hal ini dapat dengan
cepat berkembang pada masyarakat yang kondisi gizi kurang baik dan kondisi
kesehatan lingkungan yang kurang memadai.
Dampak Sosial Dan Politik
Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit
yang berhubungan dengan panas (heat
stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal
panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang
ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara
dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam
(banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana
alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian
dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan
lain-lain.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit
melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan
adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri,
plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala
organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies
yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan
ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climat change) yang berdampak kepada
peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran
hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu).
Subscribe to:
Posts (Atom)